Penyuluhan
pada dasarnya adalah pendidikan dimana target/sasarannya yaitu
para petani/peternak harus
mengalami perubahan perilaku,
dari mulai aspek
yang bersifat kognitif,
afektif dan akhirnya
psikomotorik. Tentang hal
ini, diakui bahwa, penyuluhan sebagai
proses perubahan perilaku
melalui pendidikan akan
memakan waktu lebih
lama, tetapi perubahan
perilaku yang terjadi
akan berlangsung lebih
kekal. Sebaliknya, meskipun perubahan perilaku melalui pemaksaan dapat
lebih cepat dan mudah
dilakukan, tetapi perubahan
perilaku tersebut akan
segera hilang, manakala faktor
pemaksanya sudah dihentikan.
Oleh karena itu
penyuluhan merupakan investasi
untuk masa depan. Hasil dari penyuluhan
tidak dapat diketahui dalam waktu yang singkat terlebih lagi jika tujuan utama
sua tu program penyuluhan adalah
terjadinya adopsi suatu
iknovasi yang ditawarkan
atau terja dinya perubahan perilaku sasaran, tentu akan membutuhkan
waktu yang relatif lama
Penyuluhan pertanian sangatlah
diperlukan dalam pembangunan pertanian yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap petani sehingga dengan penyuluhan, masalah
yang dihadapi oleh petani dan upaya pemecahannya dapat diselesaikan. Penyuluhan
akan menjadi faktor pelancar dalam upaya pembangunan pertanian, pengalaman di
Indonesia menunjukkan bahwa kegiatan penyuluhan menjadi sangat mutlak sebagai
pemicu sekaligus pemacu atau yang lebih sering dikatakan ujung tombak
pembangunan pertanian (Mardikanto, 1993). Dalam upaya pembangunan, penyuluhan
berperan merubah pola perilaku manusia, bagaimana perilaku manusia dapat
berubah dan diubah sehingga mau meninggalkan kebiasaan lama dan menggantinya
dengan perilaku baru yang berakibat pada kualitas orang yang bersangkutan
menjadi lebih baik daripada sebelumnya (Slamet, 2000)
Kegiatan penyuluhan
dalam pembangunan pertanian
berperan sebagai jembatan yang
menghubungkan antara praktek
yang dijalankan oleh
petani dengan pengetahuan dan
teknologi petani yang
selalu berkembang menjadi kebutuhan para
petani tersebut (Kartasapoetra,1994). Agar
petani dapat melakukan praktek-praktek yang
mendukung usaha tani
maka petani membutuhkan informasi
inovasi dibidang pertanian. Informasi tersebut dapat diperoleh petani antara
lain dari PPL (Penyuluh
Pertanian Lapang) melalui penyelenggaraan kegiatan penyuluhan
pertanian
Indonesia
merupakan Negara agraris yang sebagian besar masyarakatnya bekerja pada sektor
pertanian. Kenyataan menunjukkan bahwa, pelaku utama pembangunan pertanian di
Indonesia adalah petani-petani (pekebun, peternak, nelayan) kecil yang
tergolong pengusaha lemah yang tidak saja lemah permodalan atau asset yang
dimilikinya tetapi juga lemah darri segi pendidikan, keterampilan, teknologi
yang digunakan, dan sering juga lemah dalam semangatnya untuk maju
(Hadisapoetro, 1970 dalam Mardikanto,
2009).
Peningkatan taraf hidup masyarakat menjadi hal
yang penting dan harus dilakukan.
Berbagai bentuk program
telah diterapkan untuk membantu petani agar mampu memiliki
posisi tawar yang lebih tinggi dalam perekonomian di
Indonesia. Namun hasilnya petani
Indonesia masih berpendapatan
rendah, masih tergantung
terhadap berbagai bantuan, dan
masih selalu berfikir
belum mampu bergerak
sendiri dalam melaksanakan usaha taninya. Begitu pula
dengan program – program penyuluhan pertanian yang selama ini sudah berjalan, belum mampu
secara optimal membantu
petani dalam meningkatkan
taraf hidupnya, serta belum
mampu mendorong petani untuk menemukan pemecahan masalahnya sendiri dalam melaksanakan usaha taninya.
Untuk
mewujudkan peran penyuluhan dalam pembangunan maka diperlukan keterlibatan
seluruh stakeholders pembangunan,
terutama aparata pemerintah selaku pengambil keputusan, pakar, peneliti, pelaku
bisnis, LSM, tokoh masyarakat dan stakeholders lainnya. Diharapkan dengan
keterlibatan seluruh elemen pembangunan ini akan meningkatkan partisipasi
masyarakat sehingga akan melahirkan kesejahteraan.